Dengan Inflasi Relatif Stabil dan Suku Bunga Riil 3,2%, Indonesia dapat Menarik Investasi Asing - Ashmore.
Sunday, April 28, 2024       18:07 WIB

Ipotnews - Bursa saham Indonesia mengakhiri sesi perdagangan pekan keempat April 2024 dengan mencatatkan penurunan tajam IHSG sebesar 1,67% ke level 7.036, juga lebih rendah dari penutupan pekan sebelumnya di posisi 7.087. Investor asing membukukan arus keluar ekuitas sebesar USD196 juta sepanjang pekan.
PT Ashmore Asset Management Indonesia mencatat beberapa peristiwa penting yang mempengaruhi pergerakan dana di pasar modal dalam dan luar negeri, antara lain;
- Ekonomi AS tumbuh 1,6% yoy pada Triwulan-I 2024, dari 3,4% pada triwulan sebelumnya, dan di bawah perkiraan 2,5%. Ini adalah pertumbuhan terendah sejak kontraksi pada paruh pertama tahun 2022.
- Estimasi awal PMI Komposit Zona Euro HCOB naik menjadi 51,4 pada April 2024, dari 50,3 pada bulan sebelumnya, dan di atas ekspektasi pasar 50,8. Ini menandakan kenaikan produksi selama dua bulan berturut-turut, yang tercepat sejak Mei 2023, dengan produksi sektor jasa meningkat paling tinggi dalam 11 bulan.
- Indikator Iklim Konsumen GfK, Jerman naik menjadi -24,2 menjelang Mei 2024, dari -27,3 dengan sedikit revisi pada periode sebelumnya, di atas eksepektasi -25,9. Ini adalah angka tertinggi dalam dua tahun, dengan ekspektasi pendapatan melonjak ke level tertinggi sejak Januari 2022.
- Bank of Japan mempertahankan suku bunga utama jangka pendeknya tidak berubah pada kisaran 0% hingga 0,1% pada rapat April, sesuai ekspektasi, setelah memberikan kenaikan suku bunga pertama sejak 2007 dan mengakhiri delapan tahun suku bunga negatif pada bulan Maret.
- Tingkat inflasi Australia berada di 3,6% yoy pada Triwulan I 2024, turun dari 4,1% pada periode sebelumnya, tetapi di atas ekspektasi sebesar 3,4%. Ini merupakan angka terendah sejak Triwulan-IV 2021, karena inflasi barang menurun selama enam bulan berturut-turut dan inflasi jasa melambat selama tiga kuartal berturut-turut.
- Bank Indonesia secara tak terduga menaikkan suku bunga acuan 7- day reverse repurchase rate  sebesar 25bps menjadi 6,25% pada rapat April 2024. Keputusan ini bertujuan untuk meningkatkan stabilitas nilai tukar rupiah terhadap risiko pemburukan ekonomi global dan memastikan inflasi tetap sejalan dengan target 2,51% untuk tahun 2024 dan 2025.
Mencermati perkembangan tersebut,  Weekly Commentary, Ashmore,  Jumat (26/4), berpendapat sebagai berikut;
Apa yang terjadi di minggu terakhir ini?
Ashmore mencatat, pekan ini IHSG ditutup lebih rendah dari pekan sebelumnya, terutama didorong oleh sektor Bahan Dasar dan Transportasi & Logistik, yang masing-masing memberikan kontribusi sebesar -3,37% dan -3,17% terhadap indeks.
Kita juga melihat tingkat pertumbuhan ekonomi kuartalan terendah di AS dalam hampir dua tahun terakhir. Sementara itu pasar memperkirakan penurunan suku bunga yang lebih sedikit pada akhir tahun 2024.
Saat laporan ini ditulis, pasar masih menantikan rilis data inflasi PCE inti AS yang menjadi salah satu faktor utama dalam keputusan suku bunga The Fed. "Sementara itu, kami melihat adanya ekspansi pada tingkat produksi komposit Kawasan Eropa seiring dengan peningkatan indikator konsumen Jerman, yang mungkin menunjukkan potensi pemulihan di Eropa," tulis Ashmore.

Sebuah langkah berani
Ashmore menyoroti kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia minggu ini yang cukup mengejutkan pasar. Bank sentral mengambil langkah  pre-emptive  dengan tujuan untuk melindungi Rupiah, di tengah meningkatnya risiko eksternal seperti ketegangan geopolitik dan kenaikan harga energi.
"Langkah Bank Indonesia ini menekankan pentingnya stabilitas nilai tukar mata uang Rupiah yang melemah menjadi sekitar 16.200 dari 15.400 di awal tahun," sebut Ashmore. Dengan tingkat inflasi yang relatif stabil, suku bunga riil Indonesia telah mencapai 3,2%, tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Ashmore berpendapat, hal ini dapat menarik investasi asing ke Indonesia jika suku bunga riil dapat dipertahankan.
Namun demikian, Ashmore mengingatkan, bahwa kita terus melihat adanya gangguan global akibat ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung di Timur Tengah serta biaya transportasi yang lebih mahal untuk barang.
Oleh karena itu, "Kami merekomendasikan untuk tetap melakukan diversifikasi di antara saham dan pendapatan tetap untuk mendapatkan keuntungan dari pivot yang diantisipasi pada suku bunga meskipun waktunya yang tertunda dengan ukuran pemotongan yang lebih kecil," ungkap Ashmore.
Untuk reksa dana saham, Ashmore merekomendasikan ASDN (1Y 2,28% per 25 Apr 2024) dan ADEN (1Y -0,92% per 25 Apr 2024). Sedangkan untuk reksa dana pendapatan tetap, Ashmore merekomendasikan ADON (1Y 1,82% per 25 Apr 2024) dan ADUN (1Y - 1,04% per 25 Apr 2024). (Ashmore)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM